LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
DISUSUN
OLEH:
SRI UTAMI (2011.411.004)
DOSEN
PENGASUH: JUMINGIN S.si
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pengukuran
adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap
sebagai patokan. Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama
yaitu perbandingan dan patokan (standar).
a) Jangka
sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang
ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri
dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran
sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian
keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog,
umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05 mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan
0.01 untuk yang diatas 30cm.
b) Mikrometer Skrup
Mikrometer skrup merupakan alat
ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki
ketelitian 0.01 mm
Mikrometer skrup terdiri atas tiga jenis yaitu:
- Mikrometer luar (Outside micrometer /aka
micrometer caliper) digunakan untuk mengukur diameter kawat, tebal plat, dan
tebal batang.
- Mikrometer dalam (Inside micrometer)
digunakan untuk mengukur diamter dari suatu lubang.
- Mikrometer kedalaman (Depth micrometer)
digunakan untuk mengukur kedalaman dari suatu lubang.
c)
Neraca
Ohaus
Neraca
Ohous adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Neraca Ohaus
ada dua macam,yaitu:
1.
Nilai
skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser. di pisah
antara skala ratusan(0-200), puluhan(0-100),satuan (0-10) dan skala 1/100 (0-1)
yang di bagi2 juga skala kecilnya sampai ketelitian 0.01 g. Neraca ini
pemakaiannya mudah. Anda tinggal menaruh bendanya, lalu digeser skalanya
dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika panahnya
sudah berada di titik setimbang 0, ya tinggal di baca aja brapa massa bendanya.
Contoh: pada skala ratusan 100, skala puluhan 20, skala satuan 5 dan skala
kecilnya 0.56. Berarti massa yang terukur adalah 125.56 g.
2.
Nilai
skala ratusan dan puluhan di geser, tetapi skala satuan dan 1/100 nya di putar.
Cara memakainya hampir sama dengan yang no.1 tadi. yang beda, waktu membaca
yang dengan nilai 0-10. Misalkan sudah terbaca antara skala ratusan dan
puluhannya (100+20). Lalu anda putar skala satuannya (dalam 1 skala satuannya,
dibagi lagi 10 skala), lihat skala yang terlewatkan dari angka nol (misal 5.6
g). Nah yang terakhir anda putar skala 1/100 nya(nilainya berskala 0.01-0.1).
Disini cara membacanya hampir sama dengan menggunakan jangka sorong. kamu lihat
skala nonius (0-0.1) yang sejajar dengan skala utama (skala 0-10).
Misalnya yang sejajar adalah di 0.06.Terakhir
tinggal anda jumlahkan seperti tadi 100+20+5.6+0.06=125.66 gram.
I.2 Tujuan
Tujuan
dari penelitian ini adalah:
a. Untuk
mengetahui diemeter luar dan diameter dalam dengan menggunakan jangka sorong.
b. Untuk
mengetahui ketebalan suatu benda dengan menggunakan mikrometer skrup.
c. Untuk
mengetahuai massa pada suatu benda dengan menggunakan neraca ohaus.
I.3 Manfaat
Manfaat
yang didapat dalam penelitian ini adalah:
a. Dapat
mengetahui diameter suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit,dan diameter sisi dalam yang biasanya berupa
lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.
b. Dapat
mengetahui ketebalan suatu benda dengan menggunakan mikrometer skrup. Misalnya,
tebal kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup dapat digunakan
untuk mengukur diameter kawat yang kecil, diameter koin, dan dameter kelereng.
c. Dapat
mengetahui massa suatu benda dengan menggunakan neraca ohaus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur
hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan
konsumen.
a.
Mikroskop skrup
Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur ketebalan benda
yang mempunyai ukuran kecil dan tipis.
Mikrometer
skrup terdiri dari: poros tetap, poros geser/ putar, skala utama, skala nonius,
pemutar,dan pungunci.
1.
Skala utama, terdiri dari skala: 1, 2, 3, 4, 5 mm, dan
seterusnya. Dan nilai tengah: 1,5; 2,5; 3,5; 4,5; 5,5 mm, dan seterusnya.
2.
Skala putar
Terdiri dari skala 1 sampai 50.
Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup, yaitu:
- Pastikan
pengunci dalam keadaan terbuka
- Buka
rahang dengan cara memutar ke kiri pada skala putar hingga benda dapat
masuk ke rahang.
- Letakkan
benda yang diukur pada rahang, dan putar kembali sampai tepat.
- Putarlah
pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi
'klik'.
Setiap skala
putar berputar mundur 1 putaran maka skala utama bertambah 0,5 mm, sehingga 1
skala putar = 1/100 mm = 0,01 mm. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian hingga
0,01 mm= 0,001 cm.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong mempunyai Batas ukur maksimum 10 cm, dan ketelitian
mencapai 0,1 mm atau 0,01 cm. Bagian-bagian dari jangka sorong yaitu, rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm, dan rahang geser yang dilengkapi
skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.
Jangka
sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur
panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Keuntungan penggunaan
jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah
kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah
tabung. Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan
rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang
terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang
geser.
Sepuluh
skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang
saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki
panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan
adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1
cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong
adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Ketelitian
dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka
sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm.
Dengan ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat
dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih
teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong
dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam
sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung.
Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan jangka sorong untuk
keperluan tersebut.
a) Mengukur
diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1) Geserlah
rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk
diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).
2) Letakkan
benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
3) Geserlah
rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua
rahang.
4) Catatlah
hasil pengukuran anda.
b) Mengukur
diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam sebuah cincin) dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1) Geserlah
rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
2) Letakkan
benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong
masuk ke dalam benda/cincin tersebut.
3) Geserlah
rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh
kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur.
4) Catatlah
hasil pengukuran anda.
c) Mengukur
kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1) Letakkan
tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
2) Putar
jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung
yang akan diukur dalamnya.
3) Geserlah
rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar
tabung.
4) Catatlah
hasil pengukuran anda.
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1) Bacalah
skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol skala
nonius.
2) Bacalah
skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
3) Hasil
pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
Hasil = Skala Utama +
(skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala Utama +
(skala nonius yang berimpit x 0,01 cm).
Karena Dx = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuran (xo) harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong yang memiliki skala nonius, Anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat di laporkan sebagai :
Karena Dx = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuran (xo) harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong yang memiliki skala nonius, Anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat di laporkan sebagai :
Panjang L = xo + Dx
Misalnya L = (4,990 +
0,005) cm.
Jangka sorong biasanya digunakan untuk:
1) Mengukur
suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
2) Mengukur
sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya)
dengan cara diulur.
3) Mengukur
kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara “menancapkan/menusukkan”
bagian pengukur.
4) Jangka
sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.
c. Neraca Ohaus
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Neraca dibedakan menjadi beberapa
jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohaus, neraca lengan gantung,
dan neraca digital. Neraca Analitis Dua Lengan berguna untuk mengukur massa
benda, misalnya emas, batu, kristal benda, dan lain-lain. Batas ketelitian
neraca analitis dua lengan yaitu 0,1 gram. Neraca Ohaus berguna untuk mengukur
massa benda atau logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang
ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram. Batas ketelitian
neraca Ohauss yaitu 0,1 gram. Neraca Lengan Gantung Neraca ini berguna untuk
menentukan massa benda, yang cara kerjanya dengan menggeser beban pemberat di
sepanjang batang. Neraca Digital Neraca diigital (neraca elektronik) di dalam
penggunaanya sangat praktis, karena besar massa benda yang diukur langsung
ditunjuk dan terbaca pada layarnya.Ketelitian neraca digital ini sampai dengan
0,001 gram. Neraca yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah neraca Ohaus.
1. Fungsi dan Prinsip kerja Neraca Ohaus.
Alat ukur massa yang sering digunakan dalam laboratorium
fisika adalah neraca Ohaus. Tingkat ketelitian alat ini lebih baik daripada
neraca pasar yang sering dijumpai di toko-toko atau di warung. Neraca Ohaus
adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja neraca
ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan dikur dengan anak
timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.
Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak
timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati
poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing
posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang.
Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.
2. Skala
dalam Neraca Ohaus.
Banyaknya
skala dalam neraca bergantung pada neraca lengan yang digunakan. Setiap neraca
mempunyai skala yang berbeda-beda, tergantung dengan lengan yang digunakannya. Ketelitian
neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang digunakan
disaat pengukuran. Misalnya pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan batas
pengukuran 310 gram mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya
ketika hendak menentukan besarnya ketidakpastian dalam pengukuran. Berdasarkan
referensi bahwa ketidakpastian adalah ½ dari ketelitian alat.Secara matematis
dapat ditulis: Ketidakpastian = ½ x skala terkecil. Misalnya untuk neraca dengan
tiga lengan dan batas ukur 310 gram mempunyai skala terkecil 0,1 gram, sehingga
diperoleh ketidakpaastian ½ × 0,1 = 0,05.
Bagian-bagian
Neraca Ohaus yaitu:
a.
Tempat
beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
b.
Tombol
kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak dapat
digunakan untuk mengukur.
c.
Lengan
neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk neraca
ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
d.
Pemberat
(anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat digeser-geser dan
sebagai penunjuk hasil pengukuran.
e.
Titik
0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik
kesetimbangan.
3. Kalibrasi.
Kalibrasi
merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang
terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk
di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua
perangkat pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang
efektif.
Kalibrasi
diperlukan untuk:
a.
Perangkat
baru
b.
Suatu perangkat setiap waktu tertentu
c.
Suatu
perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
d.
Ketika
suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah
kalibrasi
e.
Ketika hasil observasi dipertanyakan
Kalibrasi,
pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari
suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan
dalam akurasi tertentu. Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah
dengan memutar tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik
kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbanagn , namun
sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak tepat pada angka nol di
masing-masing lengan.
4. Cara pengukuran massa benda
dengan neraca Ohaus
Dalam
mengukur massa benda dengan neraca Ohaus dua lengan atau tiga lengan sama. Ada
beberapa langkah di dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan neraca ohaus,
antara lain:
a.
Melakukan
kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan cara
memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan
posisi dua garis pada neraca sejajar;
b.
Meletakkan
benda yang akan diukur massanya;
c.
Menggeser
skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika
panahnya sudah berada di titik setimbang 0; dan
d.
Jika
dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil pengukurannya.
Cara pakai
neraca ohaus dua lengan yaitu, dengan melakukan kalibrasi. Taruh benda pada piringan
neraca lalu geser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala
yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0, massa benda bisa
dibaca. Contoh: pada skala ratusan 100, skala puluhan 20, skala satuan 5 dan
skala kecil 0.56.berarti massa yang terukur adalah 125.56 g.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Tempat,Tanggal dan Waktu
Praktek Fisika dilaksanakan diruang Laboraturium
FKIP Fisika Universitas PGRI Palembang pada tanggal 11 Oktober 2011, jam 17.00
WIB sampai 13.00 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
1. Jangka
Sorong
2.
Mikroskop Sekrup
3.
Neraca Ohous
4.
2 Pipa berukuran berbeda (tandai A dan
B)
5.
2 Koin berukuran berbeda (tandai A dan
B)
6.
2 Kelereng berukuran berbeda (tandai A
dan B)
7.
2 Batu berukuran berbeda (tandai A dan
B)
3.3 Prosedur Penelitian
1)
Disiapkan jangka sorong, mikrometer
skrup, neraca khous, pipa A dan pipa B,
koin (200) dan koin (100), kelereng A dan kelereng B, serta batu A dan batu B.
2)
Gunakan jangka sorong untuk mengukur diameter
dalam dan diameter luar pada pipa A dan pipa B. Untuk mengukur diameter luar,
yaitu dengan cara menggeserkan rahang geser jangka sorong
kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara
rahang geser dan rahang tetap). Kemudian, metakkan benda yang akan diukur
diantara kedua rahang. Menggeser rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda
yang diukur terjepit oleh kedua rahang. Dan untuk mengukur diameter dalam sebuah benda, yaitu
dengan cara menggeser rahang geser jangka sorong sedikit kekanan. Kemudian, meletakkan
benda/pipa yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong
masuk ke dalam benda/pipa tersebut. Menggeser rahang geser kekanan sedemikian
sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/pipa
yang diukur.
3)
Gunakan mikrometer skrup untuk mengukur
diameter koin (200) dan koin (100), serta untuk mengukur diameter kelereng A
dan kelereng B. Cara menggunakan mikrometer skrup,
yaitu memastikan pengunci dalam keadaan terbuka. membuka rahang dengan cara
memutar ke kiri pada skala putar hingga benda dapat masuk ke rahang. meletakkan
benda yang diukur pada rahang, dan putar kembali sampai tepat. Kemudian, putar
pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi “klik”.
4)
Serta gunakan neraca ohous untuk
mengetahui massa pada koin (A dan B), dan batu (A dan B), dengan cara melakukan
kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan cara
memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan
posisi dua garis pada neraca sejajar. Meletakkan benda yang akan diukur
massanya, kemudian menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru
gunakan skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0.
5)
Mencatat hasil pengukuran.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan alat ukur Jangka Sorong, Mikrometer Skrup, dan Neraca Ohous
adalah:
a.Pengukuran diameter menggunakan
Jangka Sorong pada Pipa.
Tabel 1.1 Hasil pengukuran diameter Dalam dan diameter Luar pada Pipa A,dan melakukan pemutaran lima kali.
Tabel 1.1 Hasil pengukuran diameter Dalam dan diameter Luar pada Pipa A,dan melakukan pemutaran lima kali.
No
|
Diameter
Dalam
|
Diameter
Luar
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
1,85
mm
1,85
mm
1.84
mm
1,85
mm
1,82
mm
|
2,21
mm
2,2
mm
2,2
mm
2,2
mm
2,2
mm
|
Tabel 1.2 Hasil pengukuran diameter Dalam dan diameter Luar pada Pipa B,dan melakukan pemutaran lima kali.
No
|
Diameter
Dalam
|
Diameter
Luar
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
1,22
mm
1,345
mm
1,225
mm
1,33
mm
1,33
mm
|
1,41
mm
1,41
mm
1,41
mm
1,42
mm
1,4
mm
|
b. Pengukuran diameter menggunakan
Mikrometer Skrup pada Koin.
Tabel 1.3
Hasil pengukuran Diameter pada koin 200,dan melakukan pemutaran lima kali.
No
|
Diameter
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
2,5
mm
2,51
mm
2,52
mm
2,51
mm
2,52
mm
|
Tabel 1.4
Hasil pengukuran diameter pada koin 100,dan melakukan pemutaran lima kali.
No
|
Diameter
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
2,3
mm
2,31
mm
2,31
mm
2,2
mm
2,31
mm
|
c. Pengukuran daimeter menggunakan Mikrometer
Skrup pada Kelereng.
Tabel 1.5
Hasil pengukuran diameter pada kelereng A,dan melakukan pemutaran lima kali.
No
|
Diameter
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
15,25
mm
15,24
mm
15,26
mm
15,25
mm
15,25
mm
|
Tabel 1.6
Hasil pengukuran diameter pada kelereng B, dan melakukan pemutaran lima kali.
No
|
Diameter
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
12,63
mm
12,63
mm
12,63
mm
12,63
mm
12,63
mm
|
d. Menghitung massa
menggunakan Neraca Ohaus pada koin 200, koin 100, batu A, dan batu B.
Tabel 1.7 Hasil menghitung massa pada koin 200 dan koin 100, dan melakukan pemutaran lima kali.
Tabel 1.7 Hasil menghitung massa pada koin 200 dan koin 100, dan melakukan pemutaran lima kali.
No.
|
Massa
Koin 200
|
Massa koin 100
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
2,42
gram
2,43
gram
2,42
gram
2,42
gram
2,42
gram
|
1,85
gram
1,84
gram
1,84
gram
1,85
gram
1,85
gram
|
Tabel 1.8 Hasil
menghitung massa pada batu A dan batu B, dan melakukan pemutaran lima kali.
No.
|
Massa Batu A
|
Massa
batu B
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
50,7
gram
50,6
gram
50,7
gram
50,7
gram
50,6
gram
|
19,61
gram
19,62
gram
19,61
gram
19,62
gram
19,61
gram
|
4.2 Pengelolahan Data
a. Pengukuran diameter
menggunakan Jangka Sorong pada Pipa.
1.
Menghitung diameter dalam pada Pipa A.
No
|
Diameter
Dalam
|
D2
|
D-
|
1.
|
1,85
mm
|
3,42
|
0,01
|
2.
|
1,85
mm
|
3,42
|
0,01
|
3.
|
1.84
mm
|
3,39
|
0
|
4.
|
1,85
mm
|
3,42
|
0,01
|
5.
|
1,82
mm
|
3,31
|
-0,02
|
∑
|
9,21
mm
|
16,96
|
0,01
|
2.
Menghitung diameter luar pada Pipa A.
No
|
Diameter
Luar
(D)
|
D2
|
D-
|
1.
|
2,21
mm
|
4,88
|
0,01
|
2.
|
2,2
mm
|
4,84
|
0
|
3.
|
2,2
mm
|
4,84
|
0
|
4.
|
2,2
mm
|
4,84
|
0
|
5.
|
2,2
mm
|
4,84
|
0
|
∑
|
10,101
mm
|
24,24
|
0,01
|
No
|
Diameter
Dalam
|
|
D-
|
1.
|
1,22
mm
|
1,49
|
-0,07
|
2.
|
1,345
mm
|
1,81
|
0,055
|
3.
|
1,225
mm
|
1,50
|
-0,065
|
4.
|
1,33
mm
|
1,77
|
0,04
|
5.
|
1,33
mm
|
1,77
|
0,04
|
∑
|
6,45
mm
|
8,34
|
0,36
|
No
|
Diameter
Luar
|
D2
|
D-
|
1.
|
1,41
mm
|
1,99
|
0
|
2.
|
1,41
mm
|
1,99
|
0
|
3.
|
1,41
mm
|
1,99
|
0
|
4.
|
1,42
mm
|
2,02
|
0,01
|
5.
|
1,4
mm
|
1,96
|
-0,01
|
∑
|
7,05
mm
|
9,95
|
0
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar