Sabtu, 09 Juni 2012

PENGUKURAN ALA CEKER


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DISUSUN OLEH:
SRI UTAMI (2011.411.004)
DOSEN PENGASUH: JUMINGIN S.si

FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2011
 
 
BAB I
PENDAHULUAN

I.I  Latar Belakang



Pengukuran adalah membandingkan sesuatu  dengan sesuatu  yang lain yang dianggap sebagai patokan.  Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).



a)      Jangka sorong



Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05 mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang diatas 30cm.



b)     Mikrometer Skrup



Mikrometer skrup merupakan alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm

Mikrometer  skrup terdiri atas tiga jenis yaitu:



  1. Mikrometer luar (Outside micrometer /aka micrometer caliper) digunakan untuk mengukur diameter kawat, tebal plat, dan tebal batang. 
  2.  Mikrometer dalam (Inside micrometer) digunakan untuk mengukur diamter dari suatu lubang. 
  3. Mikrometer kedalaman (Depth micrometer) digunakan untuk mengukur kedalaman dari suatu lubang. 
 
c)      Neraca Ohaus



Neraca Ohous adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Neraca Ohaus ada dua macam,yaitu:



1.      Nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser. di pisah antara skala ratusan(0-200), puluhan(0-100),satuan (0-10) dan skala 1/100 (0-1) yang di bagi2 juga skala kecilnya sampai ketelitian 0.01 g. Neraca ini pemakaiannya mudah. Anda tinggal menaruh bendanya, lalu digeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0, ya tinggal di baca aja brapa massa bendanya. Contoh: pada skala ratusan 100, skala puluhan 20, skala satuan 5 dan skala kecilnya 0.56. Berarti massa yang terukur adalah 125.56 g.



2.      Nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tetapi skala satuan dan 1/100 nya di putar. Cara memakainya hampir sama dengan yang no.1 tadi. yang beda, waktu membaca yang dengan nilai 0-10. Misalkan sudah terbaca antara skala ratusan dan puluhannya (100+20). Lalu anda putar skala satuannya (dalam 1 skala satuannya, dibagi lagi 10 skala), lihat skala yang terlewatkan dari angka nol (misal 5.6 g). Nah yang terakhir anda putar skala 1/100 nya(nilainya berskala 0.01-0.1). Disini cara membacanya hampir sama dengan menggunakan jangka sorong. kamu lihat skala nonius (0-0.1) yang sejajar dengan skala utama (skala 0-10).



Misalnya yang sejajar adalah di 0.06.Terakhir tinggal anda jumlahkan seperti tadi 100+20+5.6+0.06=125.66 gram.



I.2 Tujuan



Tujuan dari penelitian ini adalah:



a.       Untuk mengetahui diemeter luar dan diameter dalam dengan menggunakan jangka sorong.



b.      Untuk mengetahui ketebalan suatu benda dengan menggunakan mikrometer skrup.



c.       Untuk mengetahuai massa pada suatu benda dengan menggunakan neraca ohaus.



I.3 Manfaat



Manfaat yang didapat dalam penelitian ini adalah:



a.       Dapat mengetahui diameter suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit,dan  diameter sisi dalam yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.



b.      Dapat mengetahui ketebalan suatu benda dengan menggunakan mikrometer skrup. Misalnya, tebal kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur diameter kawat yang kecil, diameter koin, dan dameter kelereng.



c.       Dapat mengetahui massa suatu benda dengan menggunakan neraca ohaus.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.

a. Mikroskop skrup
Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis.
Mikrometer skrup terdiri dari: poros tetap, poros geser/ putar, skala utama, skala nonius, pemutar,dan pungunci.
Skala pada mikrometer dibagi dua jenis, yaitu:
1.      Skala utama, terdiri dari skala: 1, 2, 3, 4, 5 mm, dan seterusnya. Dan nilai tengah: 1,5; 2,5; 3,5; 4,5; 5,5 mm, dan seterusnya.
2.      Skala putar
Terdiri dari skala 1 sampai 50.
Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup, yaitu:
  1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka
  2. Buka rahang dengan cara memutar ke kiri pada skala putar hingga benda dapat masuk ke rahang.
  3. Letakkan benda yang diukur pada rahang, dan putar kembali sampai tepat.
  4. Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi 'klik'.
Setiap skala putar berputar mundur 1 putaran maka skala utama bertambah 0,5 mm, sehingga 1 skala putar = 1/100 mm = 0,01 mm. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian hingga 0,01 mm= 0,001 cm. 

b. Jangka Sorong
Jangka sorong mempunyai Batas ukur maksimum 10 cm, dan ketelitian mencapai 0,1 mm atau 0,01 cm. Bagian-bagian dari jangka sorong yaitu, rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm, dan rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung. Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan jangka sorong untuk keperluan tersebut.
a)      Mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1)      Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).
2)      Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
3)      Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang.
4)      Catatlah hasil pengukuran anda.
b)      Mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam sebuah cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1)      Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
2)      Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut.
3)      Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur.
4)      Catatlah hasil pengukuran anda.
c)      Mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1)      Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
2)      Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.
3)      Geserlah rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung.
4)      Catatlah hasil pengukuran anda.
       Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1)      Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol skala nonius.
2)      Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
3)      Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm).
Karena Dx = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuran (xo) harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong yang memiliki skala nonius, Anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat di laporkan sebagai :
Panjang L = xo ­+ Dx
Misalnya L = (4,990 + 0,005) cm.
       Jangka sorong biasanya digunakan untuk:
1)      Mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
2)      Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.
3)      Mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara “menancapkan/menusukkan” bagian pengukur.
4)      Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius. 

c. Neraca Ohaus
         Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohaus, neraca lengan gantung, dan neraca digital. Neraca Analitis Dua Lengan berguna untuk mengukur massa benda, misalnya emas, batu, kristal benda, dan lain-lain. Batas ketelitian neraca analitis dua lengan yaitu 0,1 gram. Neraca Ohaus berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram. Neraca Lengan Gantung Neraca ini berguna untuk menentukan massa benda, yang cara kerjanya dengan menggeser beban pemberat di sepanjang batang. Neraca Digital Neraca diigital (neraca elektronik) di dalam penggunaanya sangat praktis, karena besar massa benda yang diukur langsung ditunjuk dan terbaca pada layarnya.Ketelitian neraca digital ini sampai dengan 0,001 gram. Neraca yang akan dibahas dalam makalah ini adalah neraca Ohaus.
1.  Fungsi dan Prinsip kerja Neraca Ohaus.
          Alat ukur massa yang sering digunakan dalam laboratorium fisika adalah neraca Ohaus. Tingkat ketelitian alat ini lebih baik daripada neraca pasar yang sering dijumpai di toko-toko atau di warung. Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan dikur dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.
2. Skala dalam Neraca Ohaus.
Banyaknya skala dalam neraca bergantung pada neraca lengan yang digunakan. Setiap neraca mempunyai skala yang berbeda-beda, tergantung dengan lengan yang digunakannya. Ketelitian neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang digunakan disaat pengukuran. Misalnya pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan batas pengukuran 310 gram mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya ketika hendak menentukan besarnya ketidakpastian dalam pengukuran. Berdasarkan referensi bahwa ketidakpastian adalah ½ dari ketelitian alat.Secara matematis dapat ditulis: Ketidakpastian = ½ x skala terkecil. Misalnya untuk neraca dengan tiga lengan dan batas ukur 310 gram mempunyai skala terkecil 0,1 gram, sehingga diperoleh ketidakpaastian ½ × 0,1 = 0,05.
         Bagian-bagian Neraca Ohaus yaitu:
a.       Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
b.      Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak dapat digunakan untuk mengukur.
c.       Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk neraca ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
d.      Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
e.       Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik kesetimbangan.
3. Kalibrasi.
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.
Kalibrasi diperlukan untuk:
a.       Perangkat baru
b.       Suatu perangkat setiap waktu tertentu
c.       Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
d.      Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi
e.        Ketika hasil observasi dipertanyakan
Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbanagn , namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak tepat pada angka nol di masing-masing lengan.
4. Cara pengukuran massa benda dengan neraca Ohaus
Dalam mengukur massa benda dengan neraca Ohaus dua lengan atau tiga lengan sama. Ada beberapa langkah di dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan neraca ohaus, antara lain:
a.       Melakukan kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan cara memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada neraca sejajar;
b.      Meletakkan benda yang akan diukur massanya;
c.       Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0; dan
d.      Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil pengukurannya.
Cara pakai neraca ohaus dua lengan yaitu, dengan melakukan kalibrasi. Taruh benda pada piringan neraca lalu geser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0, massa benda bisa dibaca. Contoh: pada skala ratusan 100, skala puluhan 20, skala satuan 5 dan skala kecil 0.56.berarti massa yang terukur adalah 125.56 g.
 



BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Tempat,Tanggal dan Waktu
Praktek Fisika dilaksanakan diruang Laboraturium FKIP Fisika Universitas PGRI Palembang pada tanggal 11 Oktober 2011, jam 17.00 WIB sampai 13.00 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
1.  Jangka Sorong
2.  Mikroskop Sekrup
3.  Neraca Ohous
4.  2 Pipa berukuran berbeda (tandai A dan B)
5.  2 Koin berukuran berbeda (tandai A dan B)
6.  2 Kelereng berukuran berbeda (tandai A dan B)
7.  2 Batu berukuran berbeda (tandai A dan B)
3.3 Prosedur Penelitian
1)      Disiapkan jangka sorong, mikrometer skrup, neraca khous,  pipa A dan pipa B, koin (200) dan koin (100), kelereng A dan kelereng B, serta batu A dan batu B.
2)       Gunakan jangka sorong untuk mengukur diameter dalam dan diameter luar pada pipa A dan pipa B. Untuk mengukur diameter luar, yaitu dengan cara menggeserkan rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).  Kemudian, metakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang. Menggeser rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang. Dan untuk  mengukur diameter dalam sebuah benda, yaitu dengan cara menggeser rahang geser jangka sorong sedikit kekanan. Kemudian, meletakkan benda/pipa yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong masuk ke dalam benda/pipa tersebut. Menggeser rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/pipa yang diukur.
3)      Gunakan mikrometer skrup untuk mengukur diameter koin (200) dan koin (100), serta untuk mengukur diameter kelereng A dan kelereng B. Cara menggunakan mikrometer skrup, yaitu memastikan pengunci dalam keadaan terbuka. membuka rahang dengan cara memutar ke kiri pada skala putar hingga benda dapat masuk ke rahang. meletakkan benda yang diukur pada rahang, dan putar kembali sampai tepat. Kemudian, putar pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi “klik”.
4)      Serta gunakan neraca ohous untuk mengetahui massa pada koin (A dan B), dan batu (A dan B), dengan cara melakukan kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan cara memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada neraca sejajar. Meletakkan benda yang akan diukur massanya, kemudian menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0.
5)      Mencatat hasil pengukuran.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Hasil dari penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur Jangka Sorong, Mikrometer Skrup, dan Neraca Ohous adalah:

a.Pengukuran diameter menggunakan Jangka Sorong pada Pipa.
Tabel 1.1
Hasil pengukuran diameter Dalam dan diameter Luar pada Pipa A,dan melakukan pemutaran lima kali.
No
Diameter Dalam
Diameter Luar
1.
2.
3.
4.
5.
1,85 mm
1,85 mm
1.84 mm
1,85 mm
1,82 mm
2,21 mm
2,2 mm
2,2 mm
2,2 mm
2,2 mm

Tabel 1.2 Hasil pengukuran diameter Dalam dan diameter Luar pada Pipa B,dan melakukan pemutaran lima kali.
No
Diameter Dalam
Diameter Luar
1.
2.
3.
4.
5.
1,22 mm
1,345 mm
1,225 mm
1,33 mm
1,33 mm
1,41 mm
1,41 mm
1,41 mm
1,42 mm
1,4 mm


b. Pengukuran diameter menggunakan Mikrometer Skrup pada Koin.
Tabel 1.3 Hasil pengukuran Diameter pada koin 200,dan melakukan pemutaran lima kali.
No
Diameter
1.
2.
3.
4.
5.
2,5 mm
2,51 mm
2,52 mm
2,51 mm
2,52 mm

Tabel 1.4 Hasil pengukuran diameter pada koin 100,dan melakukan pemutaran lima kali.
No
Diameter
1.
2.
3.
4.
5.
2,3 mm
2,31 mm
2,31 mm
2,2 mm
2,31 mm

c.  Pengukuran daimeter menggunakan Mikrometer Skrup pada Kelereng.
Tabel 1.5 Hasil pengukuran diameter pada kelereng A,dan melakukan pemutaran lima kali.
No
Diameter
1.
2.
3.
4.
5.
15,25 mm
15,24 mm
15,26 mm
15,25 mm
15,25 mm


Tabel 1.6 Hasil pengukuran diameter pada kelereng B, dan melakukan pemutaran lima kali.
No
Diameter
1.
2.
3.
4.
5.
12,63 mm
12,63 mm
12,63 mm
12,63 mm
12,63 mm

d. Menghitung massa menggunakan Neraca Ohaus pada koin 200, koin 100, batu A, dan batu B.
Tabel 1.7
Hasil menghitung massa pada koin 200 dan koin 100, dan melakukan pemutaran lima kali.
No.
Massa Koin 200
 Massa koin 100
1.
2.
3.
4.
5.
2,42 gram
2,43 gram
2,42 gram
2,42 gram
2,42 gram
1,85 gram
1,84 gram
1,84 gram
1,85 gram
1,85 gram

Tabel 1.8 Hasil menghitung massa pada batu A dan batu B, dan melakukan pemutaran lima kali.
No.
 Massa Batu A
Massa batu B
1.
2.
3.
4.
5.
50,7 gram
50,6 gram
50,7 gram
50,7 gram
50,6 gram
19,61 gram
19,62 gram
19,61 gram
19,62 gram
19,61 gram


4.2 Pengelolahan Data
a. Pengukuran diameter menggunakan Jangka Sorong pada Pipa.
1. Menghitung diameter dalam pada Pipa A.
No
Diameter Dalam
D2
D-
1.
1,85 mm
3,42
0,01
2.
1,85 mm
3,42
0,01
3.
1.84 mm
3,39
0
4.
1,85 mm
3,42
0,01
5.
1,82 mm
3,31
-0,02
9,21 mm
16,96
0,01

2. Menghitung diameter luar pada Pipa A.
No
Diameter Luar
(D)
D2
D-
1.
2,21 mm
4,88
0,01
2.
2,2 mm
4,84
0
3.
2,2 mm
4,84
0
4.
2,2 mm
4,84
0
5.
2,2 mm
4,84
0
10,101 mm
24,24
0,01

3. Menghitung diameter dalam pada Pipa B
No
Diameter Dalam
D-
1.
1,22 mm
1,49
-0,07
2.
1,345 mm
1,81
0,055
3.
1,225 mm
1,50
-0,065
4.
1,33 mm
1,77
0,04
5.
1,33 mm
1,77
0,04
6,45 mm
8,34
0,36

4. Menghitung diameter Luar pada Pipa B
No
Diameter Luar
D2
D-
1.
1,41 mm
1,99
0
2.
1,41 mm
1,99
0
3.
1,41 mm
1,99
0
4.
1,42 mm
2,02
0,01
5.
1,4 mm
1,96
-0,01
7,05 mm
9,95
0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar